"JURNAL REFLEKSI" - CGP ANGKATAN 7 - GARUT - PROVINSI JAWA BARAT

 

JURNAL REFLEKSI

Oleh :

RINA AGUSTINA,S.Pd

SMA NEGERI 1 GARUT -JAWA BARAT

CGP Angkatan 7 – JAWA BARAT

 

            

            SIX THINKING HATS

 


Mempelajari pemikiran Ki Hajar dewantara pada saat mengikuti pendidikan guru penggerak , merupakan sebuah pengalaman baru dalam memperdalam pemahaman pemikiran  beliau tentang makna pengajaran dan pendidikan. Kita diberi kesempatan untuk memahami materi pemikiran Ki Hajar Dewantara terkait pendidikan tersebut secara mandiri  melalui LMS ( Learning Management system ) ,  materi tersebut saya fahami berulang kali , karena sebuah pemahaman mendalam , harus difahami dengan kesungguhan. Saya membaca modul yang berisi pemahaman konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara , menonton video yang menjelaskan perkembangan pendidikan dari masa penjajahan sampai perkembangan pendidikan pada masa kini. Serta membaca beberapa surat yang ditulis oleh bapak Ki Hajar Dewantara  untuk beberapa universitas di masa itu. Menelaah beberapa referensi dari berbagai sumber terkait pemikiran beliau. Baik dalam bentuk tertulis , maupun bentuk audio visual atau video . Ketika menelaah teks terkait pemikiran konsep pendidikan ini, saya mencatat butir-butir atau poin poin penting yang merupakan inti dari materi yang disampaikan. Saya memahami pemaknaannya , sehingga akhirnya saya merasa mampu membenakan dalam hati dan fikiran saya tentang kebenaran hakiki pemikiran filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara ini. Kegiatan kami dilanjutkan dengan diskusi secara virtual bersama pengajar praktik , terkait dengan pemahaman konsep yang sudah difahami secara mandiri , dalam forum diskusi dengan pengajar praktik, kami juga mendapatkan tambahan pemahaman dengan berdiskusi bersama rekan satu kelompok dan pengajar praktik . Pengalaman yang dibagikan oleh rekan kelompok , memantik pemikiran saya dan perasaan keyakinan saya pada kebenaran hakiki dari sebuah makna pendidikan yang sesungguhnya . Awal refleksi pemahaman terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara ini , saya tuliskan kembali pada LMS (Learning Management system )  berupa refleksi kritis terkait pemikiran Ki Hajar Dewantara . Berikut ini cuplikan dari refleksi kritis yang saya tuliskan yaitu ;

1.     👉Pendidikan menuntun berdasarkan kemerdekaan siswa dalam berkembang.

Hal ini sejalan dengan pemikiran KHD yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah menuntun, tidak dapat merubah kodrat irodat anak, namun pendidikan tersebut penting untuk tumbuh kembang anak. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran di kelas, tuntunan dari guru berupa aktifitas stimulant yang memantik peserta didik menemukakan pendapatnya berdasarkan pengalaman atau pengetahuan awal yang dimiliki siswa . Menumbuhkan suasana belajar yang memberikan keleluasaan pada siswa untuk mengeksplorasi secara mandiri kemampuannya dan mengembangkan kompetensi. Guru senantiasa memposisikan diri sebagai penuntun dalam siswa memberikan keputusan pemilihan minat berdasarkan kemampuannya masing-masing. Identifikasi awal merupakan bahan persepsi bagi guru agar dapat menentukan strategi yang tepat dalam menuntun.

2.     👉Bersifat Scaffolding (bertahap) dalam melakukan pendidikan pada siswa .

Dalam pendidikan dengan proses menuntun ini, guru sejatinya mampu mejadi fasilitator pembelajaran siswa berdasarkan tahapan pencapaiannya masing-masing. Dengan menganalisis keragaman capaian belajar siswa dengan pilihan gaya belajar yang dimiliki siswa , maka guru menuntun secara beragam setiap keragaman tersebut. Pelayanan bersifat scaffolding (bertahap ) ini akan mampu diberikan bila guru sudah memahami capaian setiap siswa dengan catatan penilaian yang diperoleh guru . Adapun alat Pendidikan dalam menuntun , sebagaimana yang disampaikan berdasarkan pemikiran KHD , yaitu dengan memberi contoh, pembiasaan, pengajaran, perintah, paksaan dan hukuman, tindakan dan pengalaman lahir bathin.

 


Refleksi kritis yang saya tuliskan pada LMS Guru Penggerak ini mendapat catatan positif dari Fasilitator dan hal tersebut membuat saya manjadi semakin bersemangat mempelajari pemikiran Kihajar Dewantara terkait pendidikan , dihubungkan dengan tugas dan peran saya sebagai seorang pengajar dan pendidik . Fasilitator guru penggerak telah memberikan saya sebuah contoh nyata , sebuah contoh dalam mendidik dengan semboyan Ing Madyo Mangun Karso, yang dalam tengah proses pembelajaran , pendidik memberikan semangat pada anak didiknya. Ternyata ketika hal tersebut saya dapatkan dari fasilitator, saya merasa ini sebagai sebuah sokongan dukungan kecemerlangan pemikiran serta semangat saya untuk melanjutkan dan semakin giat mengikuti untuk mempelajari materi ini. Saya kemudian mengeksplorasi materi tersebut lebih mendalam dengan membaca referensi tambahan dari PMM (Platform merdeka mengajar ) dan dari beberapa sumber di internet yang terkait dengan konsep pendidikan. Bagaimana membedakan pendidikan dan pengajaran , serta pemahaman praktik pendidikan yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar dewantara. Sesaat, ada pertanyaan besar menggelitik dalam benak pemikiran saya , yaitu ; Bagaimana merubah sebuah kebiasaan pembelajaran pada saat ini , yang masih senantiasa menitik beratkan pada kekuatan otoritas guru di kelas , berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Bila memang paradigma berfikir para guru belum berubah , tentu hal ini akan menjadi sebuah kemustahilan. Akar permasalahan dari suramnya dunia pendidikan adalah paradigma berfikir para guru atau pendidik. Kemudian hati dan perasaanku menjadi indah berbunga ketika menghadapi sebuah harapan bersinar terang dengan datangnya kembali perubahan paradigma ini dengan kehadiran kurikulum merdeka dalam implementasiannya di dunia pendidikan . Sejenak pemikiranku semakin terbangkitkan dengan maksud dan arah pemahaman para guru penggerak ini , berawal dari perubahan paradigma berfikirnya dalam memaknai pendidikan. Konsep inti sebuah pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara ini , akan merubah cara dan gaya para pendidik di berbagai sekolah dalam cara berinteraksi, berkomunikasi , cara mengatur kelas dan cara memberi penilaian proses belajar . Kebersamaan bersama proses tumbuh kembang bersama siswa , menjadi sebuah hal yang menjadi dasar pemilihan cara serta teknis yang tepat bagi siswa .Sehingga pembelajaran yang berpusat pada siswa menjadi sebuah keniscayaan. Harapan itu begitu indah nampak nyata , seindah bunga bunga bermekaran di sebuah taman yang sangat luas.

 


Pemahaman konsep pendidikan yang bermakna menuntun, membimbing dengan kesabaran dan keikhlasan ini kemudian dipertajam kembali ketika kami para calon guru penggerak bertemu secara virtual bersama fasilitator dan Instruktur guru penggerak . Pemahaman kami semakin diikat dan diperluas dengan berkolaborasi secara utuh , meyakinkan pada bagaimana kekuatan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang begitu cemerlang, bahkan pemikiran beliau yang melampaui masanya itu sampai kini dengan zaman yang sudah berbedapun , masih sangat tepat untuk digunakan. Salah satu kalimat dari pemikiran beliau , dalam meng artikan kata ‘orang yang merdeka ‘ adalah orang yang mampu secara mandiri , tidak bergantung pada orang lain , berpendirian teguh pada kebenaran. Kita , sebagai pendidik, sejatinya mampu menumbuhkan kemandirian tersebut , pada siswa siswa kita , dengan menebalkan ‘laku’ nya dan bukan untuk merubah kodratnya anak/siswa. Kemandirin tersebut akan tercipta ,bila guru sebagai pendidik, mampu menempatkan diri dan memposisikan dirinya menjadi sosok inspirator, sosok penyemangat dan pendorong kemajuan siswa. Bukan menjadi sosok yang menakutkan bagi siswa , yang ditaati hanya ketika ada guru, dan merasa bebas berbuat ketika tidak ada guru. Pendidikan adalah sebuah proses panjang yang terus menerus dilakukan oleh seseorang. Seorang yang berpendidikan , akan mampu memiliki ‘filter’ pribadi berdasarkan keyakinannya akan keteguhan sebuah kebenaran. Maka harapannya , kita sebagai bagian dari pencipta generasi penerus bangsa ini , akan melihat generasi ‘tangguh’ masa depan nagara tercinta ini.

 

 


Namun , kemudian muncul dalam pemikiran saya , berseliweran gambaran ‘ketakutan’  bagaikan dihempaskan angin ke sana ke mari , menghantui pikiran dan perasaan saya. Fakta di sekolah tempat saya bekerja saat ini, gambaran atmosfer sekolah yang belum sepenuhnya mencerminkan penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara serta masih belum tersosialisasikan  makna pendidikan yang sesungguhnya , untuk selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara ini. Seakan sebagai rintangan yang menghadang dengan sangat jelas di hadapan pandangan indahnya sebuah harapan tadi . Akankah perubahan yang dilakukan membuat sebuah kegaduhan yang tidak difahami oleh rekan sesma pendidik. Bagaimana cara terbaik memberikan pemahaman dan kesadaran pada pencapaian makna pendidikan  ?. Pertanyaan tersebut menjadi sebuah tantangan yang memicu saya untuk dapat lebih mengembangkan diri dalam kompetensi dan kemampuan saya, khususnya sebagai seorang guru.

 


Berangkat dari pemahaman yang dalam tentang pendidikan dan betapa pentingnya sebuah pendidikan dalam membentuk peradaban bangsa. Disemangati dengan sebuah kolaborasi utuh bersama rekan sesama calon guru penggerak dalam pendidikan guru penggerak . membuka hati dan pemikiran saya untuk kemudian bangkit,berfikir mencari solusi dan berupaya meraih kesuksesan untuk dapat menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara ini dalam proses pendidikan bersama siswa dalam konteks kelas dan sekolah. Ide awal yang akan saya kembangkan adalah berupa pengembangan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Karena dengan memulai aktifitas perubahan itu akan dimulai dari perubahan diri saya sendiri sebagai guru yang akan merubah cara mendidik siswa saya. Rencana ini saya wujudkan dengan persiapan pemahaman prosedur teknis yang harus saya lakukan Saya mempelajari pola pembelajaran di kelas yang harus dimulai dengan mengenal karakteristik setiap siswa , yaitu dengan membuat asesmen diagnostic maupun asesmen non diagnostic. Kedua asesmen tersebut akan sangat bermanfaat untuk mengetahui profil siswa, gaya belajar, minat dan kecenderungan siswa terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari oleh mereka. Dengan memiliki catatan keadaan masing-masing siswa, saya berniat akan melaksanakan pemberian layanan proses pembelajaran yang berdiferensiasi berdasarkan ketercapaian siswa masing-masing. Penyediaan berbagai media pembelajaran serta materi pelajaran yang bervariasi. Memfasilitasi siswa dengan berbagai variasi proses dan variasi konten yang dimodifikasi berdasarkan keragaman level mereka. Meskipun mungkin akan menyedot energi ekstra dan waktu yang banyak untuk menyiapkan hal-hal tersebut. Namun, berbekal niat dan kesungguhan saya merasa yakin, bahwa saya akan dapat melaksanakan hal tersebut. Menjalankan pembelajaran yang selaras dengan pemikiran Ki Hajar dewantara inilah satu satunya mutiara penyemangat bagi saya agar dapat memberikan pelayanan yang maksimum pada siswa. Menuntun dengan tidak merubah kodratnya dan senantiasa menyelaraskan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Penggunan teknologi dalam pembelajaran adalah sebagai salah satu upaya menyelaraskan pendidikan dengan kodrat zaman. Disamping siswa akan termotivasi dengan pembelajaran, transformasi dalam pembelajaran akan tercipta dengan penggunaan teknologi. Kreatifitas guru dalam penggunaan teknologi ini akan menciptakan sebuah proses pembelajaran yang dinamis, bermakna dan mentransformasi pencapaian tujuan pendidikan.

 


Sebagai kesimpulan dari keseluruhan rangkaian proses pembelajaran ini, saya mendapatkan sebuah pencerahan dalam paradigma berfikir terkait proses pendidikan di kelas dan sekolah. Dengan pemahaman mendalam terkait pendidikan pada siswa ini. Saya yakin dengan mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Saya merasa tergerak, kemudian berkeinginan untuk bergerak , memulai perubahan dari dalam kelas di mana saya mengajar . Membina hubungan kondusif proses pembelajaran bersama kelas saya dan memiliki kreatifitas penggunaan teknologi untuk transformasi pada pendidikan. Hal terpenting adalah membentuk diri saya , berupaya menjadi seorang yang mampu menginspirasi  para siswa ( Ing Ngarso Sung Tulodo ) , seorang yang mampu senantiasa memberi motivasi ( Ing madyo mangun Karso ) dan juga sebagai seorang yang mendorong siswa untuk terus bangkit maju ( Tut Wuri Handayani ).

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

' Direct / Indirect speech , Questions and command , prohibition '

' Past Tense Vs Present perfect Tense '

"It's time to write Descriptive Text "