KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4

 KONEKSI   ANTAR  MATERI  MODUL 1.4



RINA  AGUSTINA

CGP KABUPATEN GARUT JAWA  BARAT



Peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah tempat saya bertugas sangat signifikan. Saya merupakan bagian dari sekolah yang merasa memiliki tanggung jawab terhadap terlaksananya budaya positif di sekolah. Sebagaimana kita fahami bahwa disiplin positif adalah sebuah upaya penegakan nilai-nilai kebajikan universal di lingkungan sekolah , sebagai pusat pendidikan , baik bagi siswa maupun masyarakat sekitar sekolah. Saya berperan bukan hanya sebagai seorang individu yang melaksanakan secara pribadi untuk menjadi sosok teladan bagi siswa ,namun juga berkotribusi secara nyata menumbuhkan komitmen warga sekolah terhadap seluruh keyakinan pada nilai kebajikan berdasarkan kesepakatan. Sebagaimana yang saya telah diinternalisasikan dari filosofi makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan bermakna menuntun  siswa berdasarkan pada keragaman karakteristik siswa, menghantarkan siswa pada kebahagiaan dan keselamatan baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Maka, praktik penegakan disiplin positif dilaksanakan di sekolah dengan memperhatikan motivasi prilaku manusia ( kebutuhan dasar/ kebutuhan cinta dan diterima/ kebutuhan kesenangan/ kebutuhan penguasaan / kebutuhan kebebasan ). Dengan visi guru penggerak yang berkeinginan kuat mewujudkan siswa merdeka ( tanpa tekanan ) yang mandiri, tangguh , literat, cerdas, kompeten , berbudi pekerti luhur .Maka peran guru penggerak , sebagai simpul/kunci penggerak dari ketercapaian visi tersebut. Yaitu dengan pelaksanaan peran guru penggerak, baik sebagai pemimpin pembelajaran,  senantiasa mempraktikan praktik baik pembelajaran, baik di kelas /sekolah ketika melaksanakan proses belajar bersama siswa, maupun saat membimbing siswa. Saya juga harus mampu menampilkan diri saya sebagai coach bagi guru lain, dengan menyampaikan pemahaman terkait pembimbingan pada siswa dengan paradigma baru, yaitu paradigma berdasarkan konsep posisi manajer dalam restitusi (3 tahap segitiga Restitusi; Menstabilkan identitas,Validasi tindakan yang salah, Menanyakan keyakinan). Pelaksanaan segitiga restitusi pada pelaksanaan ‘coaching’ , baik saat melaksanakan pembimbingan siswa, maupun rekan sejawat. Menumbuh suburkan kolaborasi bersama rekan sejawat dalam peran kolaboratif ini , dengan bersama mendiskusikan nilai –nilai kebajikan yang ditetapkan sebagai keyakinan sekolah . Bersama seluruh warga sekolah merefleksikan setiap kegiatan yang dilaksanakan  dengan demikian akan terakumulasikan hasil capaian dari setiap program yang direncanakan dengan baik.(Peran guru penggerak;pendorong kolaborasi ), Guru penggerak menginisiasikan penerapan pembimbingan siswa yang mampu memberikan wahana luas bagi siswa sebagai pemegang kendali pembelajaran. Sehingga siswa merasa kompeten, mandiri, dicintai, dan memiliki kepercayaan diri serta determinasi untuk mencapai segala yang mereka inginkan. Guru yang memahami dengan benar Tut Wuri Handayani. Guru penggerak menuntun mereka untuk belajar merdeka dengan merdeka belajar. Serta puncak dari keterpaduan pemahaman ini ,  bersama warga sekolah, guru penggerak menjadi motor /penggerak komunitas praktisi di sekolah/ wilayah , secara bersama sama mengejawantahkan cita cita/visi bersama dalam sebuah program yang terencana dengan baik. (peran guru penggerak; menggerakan komunitas pratisi ).


Refleksi berupa pemahaman saya mengenai konsep inti pada Modul Budaya Positif ;

Displin Positif ; Disiplin merupakan bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia disini mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut oleh seseorang (Nilai-nilai kebajikan  universal ).

Teori kontrol; Terdapat beberapa miss konsepsi tentang makna  ‘ kontrol ‘ ; ilusi guru mengontrol murid, ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat, ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter, ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.

Teori Motivasi ; Motivasi atau dorongan /keinginan yang datangnya dapat dari dalam diri (motivasi intrinsik) merupakan motivasi yang baik dan akan mendorong penumbuhan karakter pada seseorang. Seseorang dengan motivasi ini akan bertanya , akan menjadi orang seperti apa bila saya melakukannya ? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai nilai yang mereka yakini tersebut .Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berprilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

Hukuman dan Penghargaan ; Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba.Murid tidak tau apa yang akan terjadi dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan , dan siswa hanya menerima suatu hukuman , tanpa melalui suatu kesepakatan , atau pegarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya.Hukuman yang diberikan  bisa berupa fisik maupun psikis ,siswa disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.

Hukuman dan Penghargaan , menurut Alfie Kohn (1993), mengemukakan, baik penghargaan maupun hukuman , adalah cara –cara mengontrol prilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya . Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghragaan sesungguhnya.

Posisi kontrol guru ; Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori kontrol Dr.William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang  dilakukan oleh guru. 5 posisi kontrol tersebut yaitu Penghukum, Pembuat rasa bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.

Dari kelima posisi kontrol guru tersebut, posisi manajer adalah posisi yang terbaik ketika melakukan pembimbingan terhadap siswa. Manajer adalah sebuah posisi dimana guru berbuat sesuatu bersama murid, mempersilakan murid mempertanggung jawabkan prilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Di posisi manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya dan kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada pembuatan konsekuensi , namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Guru membimbing murid untuk mengatur dirinya. Seorang manajer bukan memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.

Kebutuhan dasar manusia ; Ada 5 kebutuhan dasar manusia, yaitu; kebutuhan untuk bertahan hidup (survival ),kasih sayang dan rasa diterima (Love and belonging ), kebebasan (freedom ), kesenangan (fun ), dan penguasaan (power ).

Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk bertahan hidup, misalnya kesehatan, rumah dan makanan..Kebutuhan bilogis untuk reproduksi ,juga merupakan kebutuhan bertahan hidup, komponen psikologis untuk kebutuhan ini adalah kebutuhan akan perasaan aman.

Kebutuhan kasih sayang dan rasa diterima meliputi kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial.  Kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang. Dan juga kebutuhan menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini juga merupakan kebutuhan untuk tetap terhubung dengan orang lain, misalnya teman, sahabat, rekan kerja, keluarga .

Kebutuhan penguasaan (kebutuhan pengakuan atas kemampuan ).Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu. Menjadi kompeten, menjadi terampil, dihormati, ini meliputi self esteem, dan keinginan untuk meninggikan pengaruh.

Kebutuhan kebebasan (kebutuhan akan pilihan ). Adalah kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anak anak dengan kebutuhan kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan, mereka perlu banyak bergerak, suka mencoba-coba, tidak terpengaruh orang lain dan senang mencoba hal baru yang menarik.

Kebutuhan kesenangan ( kebutuhan untuk merasa senang ). Adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan , bermain dan tertawa. Saat mereka bermain, mereka belajar keterampilan hidup yang penting.

Keyakinan kelas adalah Pernyataan positif yang merupakan representasi dari nilai kebajikan universal yang disepakati untuk dilaksanakan bersama ,berdasarkan pada kesepakatan setiap warga kelas /sekolah.

👉Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan yang lebih rinci dan kongkrit.

👉Keyakinan kelas berupa pernyataan –pernyataan universal.

👉Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam pernyataan positif.

👉Keyakinan kelas sebaiknya adalah sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.


Setiap warga kelas hendaknya turut berkontribusi  dalam pembuatan keyakinan kelas melalui kegiatan curah pendapat.


Segitiga  Restitusi

Proses tiga tahapan didasarkan pada prinsip-prinsip utama dari teori kontrol yaitu;

1. Menstabilkan identitas (Stabilize the Identity ).

    Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan.

2. Memvalidasi tindakan yang salah (Validate the Misbehaviour).

    Semua prilaku memiliki alasan.

3. Menanyakan keyakinan ( Seek The belief).

    Kita semua memiliki motivasi internal.

 

C. Perubahan yang terjadi pada cara berpikir dalam menciptakan budaya positif di kelas , maupun di sekolah.

Dalam hal menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah , terdapat perubahan dari sisi cara yang digunakan . Cara yang berubah ini dipengaruhi oleh perubahan paradigma berpikir dari makna pendidikan secara utuh. Mendidik adalah menuntun. Mendidik ditujukan untuk menebalkan ‘laku’ siswa dan bukan untuk merubah ‘kodrat’nya siswa. Maka pembentukan budaya positif tersebut juga berlandaskan pada pendidikan /pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Senantiasa mengutamakan kebutuhan siswa , dengan melayani semua perbedaan karakteristik, sifat, kesiapan,minat, keinginan siswa. Maka , perubahan paradigma dalam memandang pendidikan inilah ,yang kemudian membentuk sistem penanaman budaya positif , dengan cara membuat kesepakatan berupa keyakinan kelas/sekolah. Didasarkan pada kesepakatan seluruh warga sekolah/kelas ,penyusunan keyakinan kelas/sekolah dalam bentuk kalimat pernyataan positif berupa nilai kebajikan universal. Dalam proses pemeliharaan pembimbingan pembentukan karakter siswa , dilakukan dengan program restitusi. Pembentukan budaya positif ini diselenggarakan dan dipelihara keberadaannya berawal dari persiapan canvas BAGJA yang menstimulasi Inquiry apresiatif dengan muara  visi sekolah.

D. Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep  inti dalam modul budaya positif baik di lingkup kelas/sekolah , yaitu pengalaman unik ketika saya menerapkan segitiga restitusi dalam membimbing siswa yang bermasalah untuk  konsisten terhadap keyakinan kelas yang sudah disepakati. Pada praktik segitiga restitusi, saya memperoleh ‘pencerahan’ berupa perasaan saya saat membimbing, saya merasa lebih tenang, menyelami masalah yang dihadapi siswa , kemudian banyak memberikan ruang pada siswa untuk mengutarakan keinginannya dan kebutuhannya. Karena pada dasarnya, tingkah laku itu untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia.Saya kemudian mengajak siswa untuk menemukan sendiri cara terbaik untuk memperbaiki keyakinan dirinya terhadap keyakinan yang sudah difahami sebelumya. Saya melihat ‘sinar mata ‘ kebahagiaan pada diri siswa saat saya memposisikan sebagai manajer dalam membimbing. Kemudian memberikan kesempatan pada siswa di posisi manajer , dalam meneguhkan kembali pelaksanaan nilai kebajikan . Pengalaman mengikuti setiap proses restitusi dan kemudian melihat kebahagiaan di mata siswa , memberikan ‘insight’ tersendiri bagi saya. Kemudian pengalaman ketika menyampaikan ide pada pimpinan di sekolah, tempat bertugas tentang prinsip dan konsep budaya positif. Penyampaian perubahan paradigma budaya positif ini , tentu pada awalnya membutuhkan waktu bagi para pimpinan untuk mencerna konsep yang dimaksudkan. Keterampilan berkomunikasi dan merancang kolaborasi bersama rekan sejawat juga kunci dari keberhasilan pelaksanaan setiap program pembentukan budaya positif ini. Pengalaman berdinamika dengan segala proses perancangan, pengenalan, implementasi dan evaluasi dari setiap program .

E. Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut, adalah saya merasa tertarik , senang dan merasakan hal baru ini sebagai sebuah tantangan positif untuk pengembangan sekolah dan diri saya pribadi. Saya merasa , saya yang harus memulai menginternalisasikan nilai kebajikan tersebut, sehingga saya merasa terpacu untuk mampu menjadi sosok panutan. Saya merasa bahagia , saat setiap ide yang disampaikan ,mendapat sambutan hangat dari seluruh warga sekolah, namun saya juga merasa ada tantangan baru dalam cara mengomunikasikan ide secara baik agar dapat diterima baik oleh setiap warga sekolah. Terkadang , saya merasa sedih ketika ada sebagian rekan yang belum memiliki motivasi intrinsik untuk berubah dan belajar mengenal perubahan. Namun, saya kemudian mengambil hikmah dengan kolaborasi semakin diperkuat secara bersama mewujudkan pencapaian tujuan .

F. Menurut saya , terkait pengalaman dan penerapan konsep –konsep tersebut, hal yang sudah baik yaitu dampak positif dari penerapan segitiga restitusi ,ketika memberikan pembimbingan kepada siswa. Dampak berupa semangat dan antusias siswa terbangun dengan memiliki sikap positif dan terbentuk motivasi intrinsik siswa. Perbedaan karakteristik siswa dalam minat, bakat, kesiapan belajar menjadi terlayani serta mampu mengembangkan karakter siswa pada hal yang lebih baik. Pembentukan budaya positif di sekolah juga akan membentuk siswa dan seluruh warga sekolah , memiliki pemahaman utuh pada nilai kebajikan dan membentuk karakter positif.

Hal yang masih perlu ditingkatkan yaitu upaya yang serius dan tekun untuk dapat melaksanakan dengan berkelanjutan. Upaya mensinergikan berbagai elemen warga sekolah , agar terus memiliki rasa kepemilikan terhadap budaya positif yang dilaksanakan. Rasa kepemilikan ini akan memberikan dampak banyak terhadap bagaimana motivasi warga sekolah mewujudkan ,bahkan memperjuangkannya.

G. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid , berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi yang saya gunakan adalah posisi teman , karena saya selalu berpikir , bahwa siswa akan lebih mudah diarahkan ,bila kita mendekatinya dan membangun relasi pertemanan.

Setelah mempelajari modul ini, posisi saya berubah menjadi posisi ‘manajer’ , karena posisi tersebut dapat membangun motivasi intrinsik siswa dan menumbuhkan karakter positif bagi siswa ,serta efektif  dapat menguatkan  karakter siswa, memberikan dampak positif untuk jangka panjag.

Perasaan saya sekarang, saya merasa ‘bersalah’ dengan praktik posisi  ‘teman ‘ , yang saya lakukan di masa sebelumya, karena ternyata hal tersebut membuat siswa kurang mandiri dan tergantung hanya pada guru. Saya bemum membentuknya menjadi seorang yang bertumbuh. Saya kini merasa lega, senang dan merasa puas dengan bekal ilmu restitusi ini. Saya  merasa percaya diri, bahagia dapat menemani tumbuh kembang siswa dengan sebaik-baiknya.

Perbedaan yang saya rasakan dengan ketika saya masih memposisikan diri sebagai posisi’teman’, yaitu siswa saat itu belum merasakan pembimbingan secara nyata dari gurunya. Guru terlihat ‘lembek’ , dan mungkin’wibawa’ guru di hadapan siswa pun turun. Namun di posisi manajer, guru tampak lebih berwibawa, berwawasan, tampak ramah pada murid, selalu siap membantu murid dan melaksanakan pembimbingan terasa lebih ikhlas . Guru melaksanakan semboyan  pedidikan ; Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri Handayani.

H. Sebelum mempelajari modul, saya pernah menerapkan salah satu dari tahapan segitiga restitusi, yaitu menanyakan keyakinan. Namun mempraktikan tahapan ini , masih sangat tidak sempurna , karena gambaran pembimbingan yang saya lakukan , masih belum terorganisir dengan baik. Saya cenderung mendesak siswa agar segera memahami ,bahwa dia telah melanggar nilai kebajikan dan saya juga cenderung siswa membayar /menggantinya dengan bentuk konsekuensi sikap untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan olehnya. Saya sama sekali belum memahami bahwa hal tersebut , belum menumbuhkan motivasi intrinsik siswa.

I.    Selain konsep yang disampaikan dalam modul ini, hal lain yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif, baik di lingkungan kelas ,maupun sekolah , yaitu kolaborasi seluruh guru dan para pemangku kebijakan di sekolah. 

 

 

Langkah dan strategi yang lebih efektif , kongkret, realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.

RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA

Judul Modul : BUDAYA  POSITIF

Nama Peserta : Rina Agustina




 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

' Direct / Indirect speech , Questions and command , prohibition '

' Past Tense Vs Present perfect Tense '

"It's time to write Descriptive Text "